Senin, 24 Mei 2010

BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separonya ada di dalam otot, seperlima di dalam tulang, dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Kebutuhan protein menurut FAO / WHO / UNU (1985) adalah “konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein tubuh dan memungkinkan produksi protein yang diperlukan dalam biasa pertumbuhan, kehamilan atau menyusui. Sumber protein makanan, hewani = telur, susu, daging, unggas, ikan dan kerang. Sumber protein nabati :
1. Kwasiorkor gejalanya adalah pertumbuhan terhambat, otot – otot berkurang dan melemah, edema muka seperti bulan (moon face) dan gangguan psikometor.
2. Marasmus gejalanya adalah pertumbuhan terlambat, lemak di bawah kulit berkurang serta otot – otot berkurang dan melemah. Akibat kelebihan protein = dapat menyebabkan obesitas akan menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah dan demam.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar teman – teman termasuk saya mengerti dan memahami tentang protein harapan saya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan hanya kepada Allah jualah saya mengharap Ridho dan Rahmatnya.















BAB II
PEMBAHASAN

Istalah protein berasal dari kata Yunani Proteus, Yang berarti yang utama atau yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia Belanda, GERARDUS MULDER (1802-1880). Karena ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang paling penting dalam organisme.
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separonya ada di dalam otot, seperlima di dalam tulang, dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim, sebagai hormon, pengangkut zat- zat gizi dan darah, matriks intraseluler dan sebagainya adalah protein. Di samping itu asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekursor sebagian basar koenzin, hormon, asam nukelat, dan melokul – melokul yang esensial untuk kehidupan.
Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel – sel dan jaringan tubuh.

FUNGSI BIOLOGI ASAM AMINO
1. Penyusun protein, termasuk enzim.
2. Kerangka dasar sejumlah senyawa penting dalam metabolisme (terutama vitamin, hormon dan asam nukleat).
3. Pengikat ion logam penting yang diperlukan dalam dalam reaksi enzimatik (kofaktor).

ASAM AMINO ESENSIAL
Asam amino diperlukan oleh makhluk hidup sebagai penyusun protein atau sebagai kerangka molekul-molekul penting. Ia disebut esensial bagi suatu spesies organisme apabila spesies tersebut memerlukannya tetapi tidak mampu memproduksi sendiri atau selalu kekurangan asam amino yang bersangkutan. Untuk memenuhi kebutuhan ini, spesies itu harus memasoknya dari luar (lewat makanan). Istilah "asam amino esensial" berlaku hanya bagi organisme heterotrof.
Bagi manusia, ada delapan (ada yang menyebut sembilan) asam amino esensial yang harus dipenuhi dari diet sehari-hari, yaitu isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, dan valin. Histidin dan arginin disebut sebagai "setengah esensial" karena tubuh manusia dewasa sehat mampu memenuhi kebutuhannya. Asam amino karnitin juga bersifat "setengah esensial" dan sering diberikan untuk kepentingan pengobatan.
Protein merupakan polimer yang tersusun dari asam amino sebagai monomernya. Monomer-monomer ini tersambung dengan ikatan peptida, yang mengikat gugus karboksil milik satu monomer dengan gugus amina milik monomer di sebelahnya. Reaksi penyambungan ini (disebut translasi) secara alami terjadi di sitoplasma dengan bantuan ribosom dan tRNA.
Pada polimerisasi asam amino, gugus -OH yang merupakan bagian gugus karboksil satu asam amino dan gugus -H yang merupakan bagian gugus amina asam amino lainnya akan terlepas dan membentuk air. Oleh sebab itu, reaksi ini termasuk dalam reaksi dehidrasi. Molekul asam amino yang telah melepaskan molekul air dikatakan disebut dalam bentuk residu asam amino.

ZWITTER-ION




Asam amino dalam bentuk tidak terion (kiri) dan dalam bentuk zwitter-ion. Karena asam amino memiliki gugus aktif amina dan karboksil sekaligus, zat ini dapat dianggap sebagai sekaligus asam dan basa (walaupun pH alaminya biasanya dipengaruhi oleh gugus-R yang dimiliki). Pada pH tertentu yang disebut titik isolistrik, gugus amina pada asam amino menjadi bermuatan positif (terprotonasi, –NH3+), sedangkan gugus karboksilnya menjadi bermuatan negatif (terdeprotonasi, –COO-). Titik isolistrik ini spesifik bergantung pada jenis asam aminonya. Dalam keadaan demikian, asam amino tersebut dikatakan berbentuk zwitter-ion. Zwitter-ion dapat diekstrak dari larutan asam amino sebagai struktur kristal putih yang bertitik lebur tinggi karena sifat dipolarnya. Kebanyakan asam amino bebas berada dalam bentuk zwitter-ion pada pH netral maupun pH fisiologis yang dekat netral.

ASAM AMINO DASAR (Standar)
Protein tersusun dari berbagai asam amino yang masing-masing dihubungkan dengan ikatan peptida. Meskipun demikian, pada awal pembentukannya protein hanya tersusun dari 20 asam amino yang dikenal sebagai asam amino dasar atau asam amino baku atau asam amino penyusun protein (proteinogenik). Asam-asam amino inilah yang disandi oleh DNA/RNA sebagai kode genetik. Berikut adalah ke-20 asam amino penyusun protein (singkatan dalam kurung menunjukkan singkatan tiga huruf dan satu huruf yang sering digunakan dalam kajian protein), dikelompokkan menurut sifat atau struktur kimiawinya:
Atom C pusat tersebut dinamai atom Cα ("C-alfa") sesuai dengan penamaan senyawa bergugus karboksil, yaitu atom C yang berikatan langsung dengan gugus karboksil. Oleh karena gugus amina juga terikat pada atom Cα ini, senyawa tersebut merupakan asam α-amino. Asam amino biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat kimia rantai samping tersebut menjadi empat kelompok. Rantai samping dapat membuat asam amino bersifat asam lemah, basa lemah, hidrofilik jika polar, dan hidrofobik jika nonpolar.




ISOMERISME PADA ASAM AMINO
Karena atom C pusat mengikat empat gugus yang berbeda, maka asam amino—kecuali glisin—memiliki isomer optik: L dan D. Cara sederhana untuk mengidentifikasi isomeri ini dari gambaran dua dimensi adalah dengan "mendorong" atom H ke belakang pembaca (menjauhi pembaca). Jika searah putaran jarum jam (putaran ke kanan) terjadi urutan karboksil-residu-amina maka ini adalah tipe D. Jika urutan ini terjadi dengan arah putaran berlawanan jarum jam, maka itu adalah tipe L. (Aturan ini dikenal dalam bahasa Inggris dengan nama CORN, dari singkatan COOH - R - NH2). Pada umumnya, asam amino alami yang dihasilkan eukariota merupakan tipe L meskipun beberapa siput laut menghasilkan tipe D. Dinding sel bakteri banyak mengandung asam amino tipe D.

POLIMERISASI ASAM AMINO




Reaksi kondensasi dua asam amino membentuk ikatan peptida

Studi dari Biokimiawan USA Thomas Osborne Lafayete Mendel, Profesor untuk biokimia di Yale, 1914, mengujicobakan protein konsumsi dari daging dan tumbuhan kepada kelinci. Satu grup kelinci-kelinci tersebut diberikan makanan protein hewani, sedangkan grup yang lain diberikan protein nabati. Dari eksperimennya didapati bahwa kelinci yang memperoleh protein hewani lebih cepat bertambah beratnya dari kelinci yang memperoleh protein nabati. Kemudian studi selanjutnya, oleh McCay dari Universitas Berkeley menunjukkan bahwa kelinci yang memperoleh protein nabati, lebih sehat dan hidup dua kali lebih lama.
Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksil (-COOH) dan amina (biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau α). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter-ion. Asam amino termasuk golongan senyawa yang paling banyak dipelajari karena salah satu fungsinya sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun protein




STRUKTUR ASAM AMINO


Struktur asam α-amino, dengan gugus amina di sebelah kiri dan gugus karboksil di sebelah kanan.
Struktur asam amino secara umum adalah satu atom C yang mengikat empat gugus: gugus amina (NH2), gugus karboksil (COOH), atom hidrogen (H), dan satu gugus sisa (R, dari residue) atau disebut juga gugus atau rantai samping yang membedakan satu asam amino dengan asam amino lainnya.

KEKURANGAN PROTEIN
Protein sendiri mempunyai banyak sekali fungsi di tubuh kita. Pada dasarnya protein menunjang keberadaan setiap sel tubuh, proses kekebalan tubuh. Setiap orang dewasa harus sedikitnya mengkonsumsi 1 g protein pro kg berat tubuhnya. Kebutuhan akan protein bertambah pada perempuan yang mengandung dan atlet-atlet.
Kekurangan Protein bisa berakibat fatal:
• Kerontokan rambut (Rambut terdiri dari 97-100% dari Protein -Keratin)
• Yang paling buruk ada yang disebut dengan Kwasiorkor, penyakit kekurangan protein. Biasanya pada anak-anak kecil yang menderitanya, dapat dilihat dari yang namanya busung lapar, yang disebabkan oleh filtrasi air di dalam pembuluh darah sehingga menimbulkan odem.Simptom yang lain dapat dikenali adalah:
o hipotonus
o gangguan pertumbuhan
o hati lemak
• Kekurangan yang terus menerus menyebabkan marasmus dan berkibat kematian.

SINTESE PROTEIN
Dari makanan kita memperoleh Protein. Di sistem pencernaan protein akan diuraikan menjadi peptid peptid yang strukturnya lebih sederhana terdiri dari asam amino. Hal ini dilakukan dengan bantuan enzim. Tubuh manusia memerlukan 9 asam amino. Artinya kesembilan asam amino ini tidak dapat disintesa sendiri oleh tubuh esensiil, sedangkan sebagian asam amino dapat disintesa sendiri atau tidak esensiil oleh tubuh. Keseluruhan berjumlah 21 asam amino. Setelah penyerapan di usus maka akan diberikan ke darah. Darah membawa asam amino itu ke setiap sel tubuh. Kode untuk asam amino tidak esensiil dapat disintesa oleh DNA. Ini disebut dengan DNAtranskripsi. Kemudian mRNA hasil transkripsi di proses lebih lanjut di ribosom atau retikulum endoplasma, disebut sebagai translasi.

SUMBER PROTEIN
• Daging
• Ikan
• Telur
• Susu, dan produk sejenis Quark
• Tumbuhan berbji
• Suku polong-polongan
• Kentang
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat satu), sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat empat). Struktur primer protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida (amida). Sementara itu, struktur sekunder protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Berbagai bentuk struktur sekunder misalnya ialah sebagai berikut:
• alpha helix (α-helix, "puntiran-alfa"), berupa pilinan rantai asam-asam amino berbentuk seperti spiral;
• beta-sheet (β-sheet, "lempeng-beta"), berupa lembaran-lembaran lebar yang tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat melalui ikatan hidrogen atau ikatan tiol (S-H);
• beta-turn, (β-turn, "lekukan-beta"); dan
• gamma-turn, (γ-turn, "lekukan-gamma").
Gabungan dari aneka ragam dari struktur sekunder akan menghasilkan struktur tiga dimensi yang dinamakan struktur tersier. Struktur tersier biasanya berupa gumpalan. Beberapa molekul protein dapat berinteraksi secara fisik tanpa ikatan kovalen membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer, trimer, atau kuartomer) dan membentuk struktur kuartener. Contoh struktur kuartener yang terkenal adalah enzim Rubisco dan insulin.
Struktur primer protein bisa ditentukan dengan beberapa metode: (1) hidrolisis protein dengan asam kuat (misalnya, 6N HCl) dan kemudian komposisi asam amino ditentukan dengan instrumen amino acid analyzer, (2) analisis sekuens dari ujung-N dengan menggunakan degradasi Edman, (3) kombinasi dari digesti dengan tripsin dan spektrometri massa, dan (4) penentuan massa molekular dengan spektrometri massa.
Struktur sekunder bisa ditentukan dengan menggunakan spektroskopi circular dichroism (CD) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR). Spektrum CD dari puntiran-alfa menunjukkan dua absorbans negatif pada 208 dan 220 nm dan lempeng-beta menunjukkan satu puncak negatif sekitar 210-216 nm. Estimasi dari komposisi struktur sekunder dari protein bisa dikalkulasi dari spektrum CD. Pada spektrum FTIR, pita amida-I dari puntiran-alfa berbeda dibandingkan dengan pita amida-I dari lempeng-beta. Jadi, komposisi struktur sekunder dari protein juga bisa diestimasi dari spektrum inframerah.
Struktur protein lainnya yang juga dikenal adalah domain. Struktur ini terdiri dari 40-350 asam amino. Protein sederhana umumnya hanya memiliki satu domain. Pada protein yang lebih kompleks, ada beberapa domain yang terlibat di dalamnya. Hubungan rantai polipeptida yang berperan di dalamnya akan menimbulkan sebuah fungsi baru berbeda dengan komponen penyusunnya. Bila struktur domain pada struktur kompleks ini berpisah, maka fungsi biologis masing-masing komponen domain penyusunnya tidak hilang. Inilah yang membedakan struktur domain dengan struktur kuartener. Pada struktur kuartener, setelah struktur kompleksnya berpisah, protein tersebut tidak fungsional.
Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1838. Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi translasi yang dilakukan ribosom. Sampai tahap ini, protein masih "mentah", hanya tersusun dari asam amino proteinogenik. Melalui mekanisme pascatranslasi, terbentuklah protein yang memiliki fungsi penuh secara biologi.











STRUKTUR





Struktur tersier protein. Protein ini memiliki banyak struktur sekunder beta-sheet dan alpha-helix yang sangat pendek. Model dibuat dengan menggunakan koordinat dari Bank Data Protein (nomor 1EDH).


























BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan tersebut. Dapat di simpulkan bahwa protein adalah zat paling penting dalam setiap organisme tetapi juga dapat menimbulkan penyakit bila mengalami kekurangan protein dan kelebihan protein.

3.2 Kritik Dan Saran
Kritik dan saran dari teman – teman sangat saya harapkan untuk menyempurnakan makalah ini agar menjadi lebih baik

3.3 Ucapan Terima Kasih
Saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Indah yang telah memberikan tugas pembuatan makalah tentang protein dan terima kasih kami ucapkan karena telah bersedia mengajarkan ilmu yang bermanfaat khususnya bagi siswa Ak-BID semester II (dua)






















DAFTAR PUSTAKA


Bertati S et al: Allosteric mechanism of haemoglobin: repture of salt – bridges raises
The oxygen affinity of the T-structure. J Mol Biol 1998:281:581.
Buna HF: Pathogenenisis and treatment of sick cell discas N Engl J mad 1997:337:762
Eaton WJ. Holfrichter J: Sickle cell hemoglobin polymerization. Adv protein Chem 1990;40;63































KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha atas berkat Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat membuat makalah ini dengan harapan dapat menambah pengetahuan yang bermanfaat khususnya bagi saya baik bagi yang membacanya.
Pemahaman tentang protein sangat penting bagi para mahasiswa terutama untuk mahasiswa di bidang kesehatan untuk meningkatkan perkuliahan maka para mahasiswa harus dapat mempersiapkan diri dengan mempelajari dulu materi yang akan dibahas sehingga kuliah lebih bersifat aktif cara yang sedemikian mempunyai keuntungan yang lain ialah membiasakan para mahasiswa untuk mencari pengetahuan sendiri, membiasakan mereka membaca sehingga setelah lulus kebiasaan ini dapat dilanjutkan.
Saya sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu dengan rendah hati saya mengharap tegur sapa dan kritik yang membangun guna perbaikan, kesempurnaan dan peningkatan kualitas makalah ini.
Akhir kata terima kasih kami ucapkan kepada dosen kita Ibu Indah yang telah mendidik kita memberikan ilmu dan mengajarkan BIOKIMIA di D3 kebidanan khususnya di semester II (dua).



Banyuwangi, 10 Mei 2009

Penulis




Anik Fitri Asih










DAFTAR ISI


KATA PENGATAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUHAN
1.1 Latar belakang 1
1.2 Tujuan 1

BAB II PEMBAHASAN
• Fungsi Biologi Asam Amino 2
• Asam Amino Esensial 2
• Asam Amino Dasar (Standar) 3
• Isomerisme Pada Asam Amino 4
• Polimerisasi Asam Amino 4
• Kekurangan Protein 5
• Sintese Protein 5
• Sumber Protein 6
• Struktur Protein 8

BAB III PENUTUP
1.3 Penutup 9
1.4 Kesimpulan 9
1.5 Ucapan Terima Kasih 9

DAFTAR PUSTAKA 10

ASUHAN KEPERAWATAN

LAPORAN PENDAHULUAN


I. DEFINISI
- Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini 6-8 Minggu. (Sinopsis Obsteri Jilid I)
- Masa Puerperium (Nifas) ialah mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 Minggu. Akan tetapi, seluruh anal penital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
(Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo)

II. TUJUAN PERAWATAN
1. Untuk memulihkan kesehatan umum penderita dengan jalan :
a. Penyediaan makanan yang memenuhi kebutuhan
b. Menghilangkan anemis akibat persalinan
c. Pencegahan terhadap infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisasi
d. Mobilisasi yang cukup
2. Untuk menetapkan kesehatan emosi
3. Ibu dapat merawat bayinya dan dapat melaksanakan perawatan nifas.

III. INVOLUSI ALAT-ALAT KANDUNGAN
1. Uterus
Involusi TFU Barat Uterus
Bayi lahir
Uri lahir
1 Minggu
2 Minggu
6 Minggu
8 Minggu Setinggi pusat
2 Jari bawah pusat
Pertengahan pusat sympisis
Tak teraba diatas sympisis
Bertambah kecil
Sebesar normal 1000 gr
750 gr
500 gr
350 gr
50 gr
30 gr

2. Luka - luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6 - 7 hari.

3. Rasa sakit atau after pains (mules - mules) karena kontraksi rahim ± 2 - 4 hari pasca persalinan.

4. Lochia : cairan sekret yang berasal dan kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
a. Lochia rubra (Eruenta) : Merah, keluar hari 1 - 2 Post Partum
b. Lochia sanguinolenta : Merah, kekuningan atau kecoklatan, keluar
pada hari 3 - 7
c. Lochia serosa : Kuning, keluar pada hari ke 7 - 14 Post
Partum
d. Lochia alba : Putih, keluar setelah 2 Minggu
e. Lochia purulenta : Terjadi infeka, seperti nanah dan bau busuk
f. Lochiostasis : Lochia tidak lancar keluarnya

5. Serviks
- Setelah bayi nbaru lahir, tangan masih bisas masuk rongga rahim
- Setelah 2 jam, dapat dilalui 2-3 jari
- Setelah 7 hari, dapat dilalui 1 jari

IV. PERAWATAN PASCA PERSALINAN
1. Mobilisasi
- Istirahat/tidur ± 8 jam pasca persalinan kemudian boleh miring ke kiri dan ke kanan
- Hari ke - 2 boleh duduk
- Hari ke - 3 jalan - jalan
- Hari ke 4/5 boleh pulang

2. Diet : mengandung banyak protein, banyak cairan, sayuran dan buah.

3. Miksi secepatnya

4. Defekasi paling tidak 3 - 4 hari pasca persalinan

5. Perawatan Payudara
a. Menjaga peyudara agar tetap bersih dan kering
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila puting susu kasar, oleskan kolostrum atau ASI yang keluar disertakan puting susu setiap kali selesai menyusui
d. Apabila puting susu lecet dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI keluarkan dan diminumkan dengan metode persendok.
e. Untuk menghilangkan nyeri dapat minum parasetamol 4-6 jam

6. Laktasi
Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan pada kelenjar mamae yaitu :
a. Proliferasi jaringan kelenjar - kelenjar alveoli dan jaringan lunak bertambah.
b. Keluarnya kolostrum dari duktus lactiferus yang berwarna putih kekuningan.
c. Hipervaskulerisasi pada permukaan dan bagian dimana vena - vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
d. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara
 Pembalutan mamae sampai tertekan
 Pemberian obat esterogen untuk supresi LH
 Pemberian obat esterogen untuk supresi LH
misal : adrenal 1×1, selama 20 hari per oral



Asuhan Kebidanan
Pada Ny “W” P30003 NIFAS
Hari Ke – 2


I. PENGKAJIAN
Tanggal : 10-12-2009
Jam : 10.00 wib
Tempat : Bps.
Kalibaru
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama klien : Ny “T”
Umur : 30 th
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Krajan RT.02 RW.01 Kalibaru

Nama Suami : Tn “S”
Umur : 35 th
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tani
Alamat : Krajan RT.02 RW.01 Kalibaru




2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan nyeri pada kemaluannya pasca melahirkan.
3. Riwayat Obsteri
No Suami ke kehamilan Persalinan Nifas KB
Uk Penyakit Jenis BB L/P H/M Penyakit Mene penyakit
1
2
3
9 bln
9 bln
9 bln -
-
- Spt B
Spt B
Spt B 2,9,gr
2,8 gr
3,0 gr L
P
L H
H
H -
-
- -
-
- √

√ -
-
-

4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan nyeri pada kehamilannya/kemaluannya pasca melahirkan anak yang ke 3.
5. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah mengikuti menderita penyakit menular seperti : TBC dan Hepatitis. Ibu juga tidak pernah menderita penyakit menurun seperti : DM, Jantung dan ASMA.
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam keluarga ibu tidak ada yang menderita penyakit menular seperti TBC dan Hepatitis, dan juga tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti : DM, Jantung, ASMA maupun riwayat kehamilan kembar.
7. Riwayat Kehamilan Sekarang
ANC : Ibu mengatakan memeriksakan kehamilannya sebanyak
±16 kali.
Tempat : BPS dan Puskesmas
Obat : Fe dan calk
Kelurahan : Trimester I : mual muntah
Trimester II dan III : tidak ada keluhan



8. Riwayat Persalinan
 Anak lahir tanggal : 30-11-2009
 Jenis Persalinan : Spontan B
 Jenis Kelamin : Laki - Laki
 Apgar : (7-8)
 Cacat : (-)
 Plasenta : Lahir lengkap
9. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a) Pola Nutrisi
Makan : 3 ×/ hari porsi sedang menu : nasi, lauk pauk
sayuran.
Minum : 8-9 gelas air putih
b) Pola Eliminasi
BAB : 2 hari sekali, konsistesi agak keras, bau khas fases.
BAK : 3-4 kali perhari.
c) Pola Aktifitas
Selama hamil Ibu mengerjakan pekerjaan rumah dibantu oleh adik dan Ibunya.
d) Pola Kebersihan
Ibu mandi 3× /hari, gosok gigi, ganti pakaian dalam dan pembalut 2× /hari.

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
 K/L : baik
 Kesadaran : Composmetis
 TTV :
TD : 110/70 mmHg RR : 24 ×/mnt
N : 88 ×/mnt S : 370C
 BB/TB : 55 kg/155 cm

2. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut : Panjang, agak bergelombang, tidak ada ketombe
b. Kepala : Bersih, tidak ada benjolan obnormal
c. Muka : Tidak pucat, terdapat cloasma gravidarum
d. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak icterus
e. Hidung : Bersih, tidak ada pernafasan cuping hidung
f. Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen, normal
g. Mulut : Lembab, tidak ada ceries dan stomaritis
h. Leher : Tidak ada benjolan obnormal, tidak ada bendungan
Vena Jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
i. Dada : Simetris, kolostrum +/+, tidak ada benjolan
abnormal, hiperpigmentasi
j. Abdomen : TFU 2 jari diatas pusat
k. Anugenital : Bersih, tidak ada kondiluma akuiminata, lochia
rubra.
l. Ektermitas : Tidak odema -/-, tidak ada Varices -/-

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH
Diagnosa : Ibu P30003 Masa Nifas Hari ke-2
D.s : Ibu mengatakan nyeri pada kemaluannya pasca
melahirkan
D.o : K/U Baik
TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 88×/mnt
RR : 24× /mnt
S : 370C
BB : 55 kg
TB : 155 cm

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
- Infeksi masa nifas terutama pada vulua
IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA
- menjaga personal hiegine Ibu terutama daerah vulua
- motivasi kebutuhan gizi
V. INTERVENSI
Diagnosa : Ibu P30003 Masa Nifas hari ke-2
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1× 24 jam
diharapkan nyeri dapat berkurang.
Kriteria : - Ibu mengatakan nyeri berkurang
- tidak ada tanda-tanda Infeksi
Asuhan dan Rasional
1. Lakukan pendekatan pada ibu dan keluarga
R/ dengan pendekatan maka akan terjalin hubungan baik
2. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri
R/ dengan teknik relaksasi yang benar dapat mengurangi rasa nyeri
3. Observasi TTV
R/ dengan observasi, dapat mengetahui keadan umum dan kegawat daruratan yang terjadi
4. Anjurkan Ibu makan dan minum
R/ memenuhi kebutuhan nutrisi dan mempercepat proses penyembuhan
5. Ajarkan teknik ambulasi
R/ mempercepat proses penyembuhan
6. Anjurkan pada Ibu untuk menjaga kebersihan
R/ dengan menjaga kebersihan dapat mencegah terjadinga Infeksi
7. Anjurkan Ibu untuk Istirahat cukup
R/ dengan istirahat dapat mengembalikan kebugaran





VI. IMPLEMENTASI
Dianosa : Ibu P30003 Masa Nifas Hari ke-2
1. Melakukan pendekatan pada Ibu dan keluarga
2. Mengajarkan teknik relaksasi pada Ibu yaitu dengan
cara :
tarik nafas panjang melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut.
3. Observasi TTV
TD : 110/70 mmHg RR : 24×/ mnt
N : 88×/ mnt S : 370C
4. Menganjurkan Ibu untuk makan-makanan yang bergizi cukup
misal dengan menu : nasi, lauk pauk dan sayur-sayuran dan minum 7-8 gelas air putih.
5. Menganjurkan teknik ambulasi yaitu dengan miring ke kiri dan kekanan berjalan dan berdiri.
6. Menganjurkan pada Ibu untuk menjaga kebersihan dirinya yaitu mandi, gosok gigi, ganti pakaian dan ganti pembalut 2×/hari.
7. Menganjurkan Ibu untuk Istirahat cukup
VII. EVALUASI
Tanggal : 10-12-2009
Jam : 10.30 Wib
S : Ibu mengatakan nyeri sedikit berkurang
O : - K/U Baik
TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 88×/ mnt
S : 370C
RR : 24×/ mnt
A : Ibu P30003 Masa Nifas Hari ke-2
P : Intervensi dilanjutkan
- Ajarkan teknik relaksasi
- Ajarkan teknik ambulasi
- Anjurkan makan-makanan yang bergizi
- Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri
DAFTAR PUSTAKA

1. Yayasan Pustaka Sarwono Prwiroharjdo, Ilmu Kebidanan, 2002. Tridasa Printer, Jakarta.
2. Bagian Obstetri dan Genekologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran Bandung. Obstetri Fisiologi, 1983, Elemen, Bandung.
3. Carpenito, Lynda Juall, Diagnosa Keperawatan, 2000, EGC, Jakarta.

ANEMIA

ANEMIA
ANEMIA ATAU KURANG DARAH

Anemia = Kelangkaan hemoglobin atau sel darah merah

Kita tentu familiar dengan kondisi krisis sembako, BBM atau langkanya suatu produk pabrik, semisal pupuk. Anemia adalah kondisi kurangnya hemoglobin biasa disingkat dengan Hb atau sel darah merah atau dengan kata lain jumah sel darah merah atau kadar Hb kurang dari normal. Angka normal Hb bervariasi menurut umur, namun umumnya menurut WHO, seorang anak yang berusia kurang dari 6 tahun dikatakan menderita anemia jika kadar Hbnya kurang dari 11 g/dL dan pada anak berusia lebih dari 6 tahun dikatakan menderita anemia jika kadar Hbnya kurang dari 12 g/dL. Pada bayi muda dan pada orang dewasa batasan anemia dipengaruhi oleh umur dan kondisi-kondisi yang terkait, misalnya bayi baru lahir, bayi lahir cukup bulan atau kurang bulan dan pada orang dewasa misalnya ada tidaknya kehamilan.
Dapat dibayangkan, bahwa anemia, jika dianalogikan dengan kelangkaan suatu produk di masyarakat, dapat terjadi karena sedikitnya produksi atau karena kehilangan yang berlebihan ataua karena kerusakan sebelum waktunya atau bias juga karena semua factor tersebut. Jadi, gangguan pada produksi sel darah merah atau hemoglobin dan adanya kehilangan atau kerusakan sel darah merah atau hemoglobin yang berlebihan akan menyebabkan anemia.

Anemia akibat kurangnya produksi hemoglobin atau sel darah merah

Kurangnya produksi Hb atau sel darah merah dapat terjadi karena kekurangan bahan bakunya atau adanya masalah pada “pabrik”nya. Bahan produksi hemoglobin yang sudah banyak dikenal adalah zat besi, sedangkan bahan lainnya adalah asam folat dan vitamin B12. Defisiensi atau kurang tersedianya bahan-bahan tersebut akan menyebabkan terjadinya anemia, yang dikenal dengan nama anemia defisiensi. Anemia defisiensi yang paling dikenal dan paling banyak terjadi adalah anemia defisiensi besi atau ADEBE. Defisiensi zat besi dapat terjadi karena kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi (hati,daging,ikan) atau karena adanya gangguan penyerapan zat besi akibat adanya masalah pada usus, misalnya karena penyakit tertentu atau karena kebiasaan minum teh menjelang atau sesudah makan.
Kurangnya produksi hemoglobin juga dapat disebabkan oleh kurangnya bahan bakar, dalam hal ini zat yang disebut eritropoietin, seperti yang terjadi pada pasien yang mengalami gagal ginjal kronik atau anak yang menderita penyakit kronis. Kurang tersedianya eriropoietin akan menyebabkan terjadinya anemia. Jika kurangnya eritropoietin ini bersifat menetap, seperti yang terjadi pada anak dengan gagal ginjal kronis, maka kebutuhan zat itu hanya akan dapat dipenuhi dengan pemberian zat dari luar tubuh, yakni melalui suntikan secara rutin.
Masalah lain yang berhubungan dengan kegagalan produksi hemoglobin atau sel darah merah adalah kerusakan pada pabriknya, seperti yang terjadi pada leukemia atau anemia aplastik. Pada dua keadaan yang terakhir tersebut anemia disertai dengan sedikitnya jumlah trombosit (disebut trombositopenia) dan sedikitnya jumlah sel darah putih (disebut leukopenia). Trombositopenia sering menyebabkan perdarahan spontan, sedangkan leukopenia berhubungan dengan seringnya anak terkena infeksi (sering demam).

Anemia akibat kerusakan sel darah merah

Semua hal yang telah didiskusikan di bagian depan adalah penyebab anemia yang berhubungan dengan sedikitnya produksi hemoglobin atau sel darah merah. Penyebab lain terjadinya anemia adalah meningkatnya kerusakan sel darah merah atau hemoglobin sebelum waktunya. Umur sel darah merah umumnya adalah 120 hari, namun kerusakan sel darah merah sebelum waktunya (biasa disebut dengan hemolisis) dapat terjadi karena kondisi sel darah merah yang tidak ideal (jadi karena faktor selnya) atau karena kondisi lingkungan sel darah merah yang tidak mendukung bertahannya sel darah merah sesuai umurnya.
Faktor sel darah merah yang menyebabkan mudahnya sel darah merah mengalami hemolisis (pecah) adalah karena kelainan bentuk sel (bentuk sel darah merah tidak normal, misalnya pada sferositosis), sehingga jika melewati pembuluh darah tertentu akan mudah pecah, atau karena kelainan pada struktur hemoglobinnya, seperti pada penyakit talasemia, atau karena kurangnya enzim tertentu pada dinding sel darah merah, sehingga dinding sel darah merah mudah rusak jika bertemu dengan zat tertentu. Contoh untuk hal terakhir adalah terjadinya hemolisis pada anak yang dinding sel darah merahnya kurang mengandung enzim G6PD akibat makan tempe koro atau karena minum obat tertentu.
Pecahnya sel darah merah (hemolisis) juga dapat terjadi karena factor lingkungan sel darah merah yang tidak kondusif, misalnya terlalu asam, seperti pada anak yang mengalami gangguan asam basa tubuh yang disebut asidosis, yang dapat terjadi pada anak dengan dehidrasi berat. Hemolisis juga dapat terjadi akibat adanya penyakit autoimun, yakni adanya kesalahan pengenalan sel darah merah yang dianggap sebagai zat asing (antigen), sehingga dihancurkan oleh sistem tubuh (antibodi). Anemia yang terjadi pada kondisi terakhir, disebut dengan autoimmune hemolytic anemia (AIHA).

Anemia karena kehilangan darah

Anemia juga dapat terjadi akibat kehilangan darah, baik yang bersifat mendadak dalam jumlah besar atau sedikit-sedikit tetapi berjalan terus menerus (kronis). Contoh perdarahan kronis adalah pada kasus kecacingan,

Anemia bukan penyakit tapi gejala penyakit

Jadi, dari pembahasan di atas dapat disimpulkan, bahwa anemia sebenarnya bukan nama penyakit, tetapi gejala penyakit. Maksudnya, seorang anak yang mengalami anemia atau kurang darah harus ditentukan apa sebenarnya penyakit yang menyebabkan terjadinya anemia tersebut.

Anemia tidak sama dengan darah rendah

Anemia sering dirancukan pengertiannya dengan tekanan darah rendah. Sebenarnya kedua hal tersebut adalah hal yang berbeda. Anak yang mengalami anemia tidak selalu mempunyai tekanan darah rendah, bahkan pada gagal ginjal kronis, anemia akan bersamaan dengan tekanan darah tinggi.

Gejala-gejala anemia

Anak yang mengalami anemia atau kurang darah biasanya akan mengeluhkan kelemahan tubuh, mudah lelah, pening dan tampak pucat. Anak yang sudah besar biasanya juga akan mengeluh bahwa bahwa dadanya berdebar-debar. Anak yang tampak kurang bergairah atau prestasi belajar menurun juga harus diwaspadai kemungkinan anemia, selain kemungkinan lainnya.
Apabila anemia terjadi secara tiba-tiba, anak akan tampak sesak napas dan mungkin akan disertai gejala-gejala gagal jantung. Sebaliknya, apabila anemia terjadi perlahan-lahan (bersifat kronis), maka biasanya tubuh dapat melakukan mekanisme kompensasi tertentu, sehingga gejala gagal jantung tidak timbul.

Bagaimana dokter mendiagnosis anemia?

Beberapa gejala yang bersifat khas akan sangat membantu dokter dalam menegakkan diagnosis anemia, termasuk dalam menentukan penyebabnya. Kebiasaan makanan yang aneh, misalnya mengarahkan pada kemungkinan diagnosis anemia defisiensi besi (ADEBE). Terjadinya perdarahan atau demam yang berulang yang menyertai anemia akan menyebabkan kecurigaan ke arah anemia aplastik atau anemia akibat leukemia. Adanya kekuningan pada kulit menunjukkan adanya hemolisis (pecahnya sel darah merah) yang terjadi secara cepat dan sebagainya. Oleh karena itu keluarga pasien perlu memberikan jawaban yang jelas mengenai gejala-gejala anemia yang ditanyakan dokter.
Perjalanan penyakit juga sangat membantu dalm penegakan diagnosis. Anemia yang terjadi secara akut (tiba-tiba) akan berbeda dengan anemia yang terjadi secara perlahan-lahan (kronis). Seorang anak yang biasanya baik-baik saja dan tiba-tiba mengalami anemia sangat mungkin disebabkan oleh proses hemolisis (pecahnya sel darah merah). Adanya riwayat nutris yang tidak baik mengindikasikan kemungkinan anemia defisiensi dan sebagainya.
Selanjutnya berdasarkan riwayat penyakit yang jelas, dokter akan melakukan pemeriksaan darah, dimulai dengan pemeriksaan yang sederhana, yakni hitung darah lengkap yang dapat dilakukan di Puskesmas atau rumah sakit kecil di manapun. Pemeriksaan morfologi darah tepi akan berguna untuk menentukan bentuk sel darah merah dan sel darah putih, yang akan sangat membantu dokter menentukan penyebab anemia. Apabila dokter menemukan sel darah merah yang kecil dan tampak pucat, misalnya, maka penyebab anemianya cenderung karena defisiensi besi. Pemeriksaan ini sederhana dan hanya memerlukan darah dalam jumlah yang sangat sedikit, serta hasilnya dapat diperoleh dalam waktu yang cepat. Bila diperlukan, dokter akan melakukan pemeriksaan tambahan, misalnya status besi atau bahkan pemeriksaan sel-sel dari apusan sumsum tulang (bone marrow). Dokter akan selalu melibatkan keluarga pasien dalam pengambilan keputusan untuk melakukan berbagai pemeriksaan tersebut.

ADEBE, anemia yang paling banyak dijumpai

Anemia defisiensi besi (ADEBE) adalah anemia yang paling banyak dijumpai pada anak-anak. ADEBE mudah terjadi pada bayi yang lahir kurang bulan (prematur), karena cadangan besi bayi tersebut belum mencukupi ketika bayi terlahir sebelum usia kehamilan yang cukup. ADEBE juga mudah terjadi pada masa pertumbuhan, apabila peningkatan kebutuhan zat besi tidak diimbangi dengan asupan zat besi yang cukup. Karenanya, sangat beralasan Ikatan Dokter Anak Indonesia merekomendasikan pemberian suplemen zat besi pada bayi Indonesia untuk mencegah terjadinya ADEBE. Suplemen besi dianjurkan untuk diberikan mulai umur 4 bulan pada bayi yang lahir cukup bulan dan dimulai pada umur 2 bulan pada bayi yang lahir kurang bulan sampai dengan bayi trampil untuk mengkonsumsi daging, hati atau ikan laut sebagai sumber zat besi alamiah.
Kita perlu mewaspadai adanya ADEBE jika anak tampak lesu, kurang bersemangat, prestasi belajar kurang atau anak mengalami penurunan prestasi sekolah. Kebiasaan makan yang tidak lazim juga seringkali tampak pada anak dengan ADEBE, misalnya menggigit-gigit kertas atau pensil, pecahan genting atau makan beras dan sebagainya, yang dalam dunia kedokteran dikenal dengan nama pica.